Oleh : DRS. ANTON SUNARTO MPd.
Bagi suatu organisasi (apapun jenisnya), kaderisasi merupakan hal biasa dilakukan. Entah itu untuk tujuan regenerasi/menjaring dalam rangka suksesi kepemimpinan, atau untuk pembekalan /pemantapan para pengurus organisasi.
Dalam rangka regenerasi kepengurusan OSIS sebagai organisasi intra sekolah, maka sekolah melihat pentingnya kegiatan LDK untuk tetap diselenggaran. Sekolah menfasilitasi kegiatan ini (meskipun dengan biaya mahal). Untuk itu diharap banyak kader pengurus OSIS memiliki bekal kepemimpinan organisasi melalui kegiatan LDK saat ini. Sehingga OSIS dapat berperan serta secara maksimal membantu sekolah dalam mewujudkan upaya lingkungan sekolah menjadi lingkungan pendidikan dan penggemblengan diri yang kondusif, nyaman, aman, damai serta menyenangkan. Untuk itu diharap semua yang terlibat dalam LDK ini (entah: sebagai panitia atau peserta) bersedia dengan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan kepelatihan ini, agar kegiatan yang dengan biaya besar ini dapat memberi manfaat yang besar bagi para calon pengurus dan calon pemimpin OSIS.
I
A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Apa itu Pemimpin (kepemimpinan)? Tidak ada definisi secara tepat untuk pengertian pemimpin-kepemimpinan. Boleh dikatakan, definisi kepemimpinan sebanyak orang yang mendefinisikan. Karena setiap orang, berdasar pada pemahaman dan harapannya tentang kepemimpinan dapat mendefinisikan pengertian kepemimpinan itu sendiri.
Robert Schuller melihat kepemimpinan sebagai kekuatan untuk menseleksi mimpi-mimpi, sesudah itu menetapkan tujuan-tujuan. Kepemimpinan adalah suatu kekuatan yang menggerakkan perjuangan atau kegiatan Anda menuju sukses.
Sedang Cattell merumuskan pemimpin adalah “orang yang menciptakan perubahan yang paling efektif dalam kinerja kelompoknya”. Dengan memakai definisi sederhana, Modern Dictionary of Sociology mengartikan pemimpin sebagai “seseorang yang menempati peranan sentral atau posisi dominant dan pengaruh suatu kelompok”. Jadi dapat dikatakan inti dari pengertian pemimpin adalah peranan kunci, dominasi, serta pengaruh. Sementara kepemimpinan bagi Stogdill, didefinisikan sebagai “proses mempengaruhi kegiatan kelompok dalam perumusan dan mencapai tujuan”.
Glenn (1992) yang juga telah mengumpulkan lebih dari 350 definisi tentang kepemimpinan, tetap merasa tidak puas. Sungguhpun begitu, ia tetap kembali menawarkan hasil pengamatan yang ia anggap patut untuk diperhitungkan. Yaitu: kepemimpianan sesungguhnyan bersumber dari keunggulan manusia, tetapi tidak ada resep atau formula untuk menjalankannya.
Sedang kepemimpinan yang efektif menurut Siagian (1982) adalah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan usaha dan iklim yang kooperatif dalam kehidupan organisasional, dan yang tercermin dalam kecekatannya mengambil keputusan. Artinya, pemimpin harus mampu menerobos lack of urgency dan lack of momentum.
B. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
Dalam studi kepemimpinan pada umumnya yang saya ketahui, dikenal ada 4 (empat) macam pendekatan kepemimpinan. Yaitu: 1. Pendekatan sifat; 2. Gaya kepemimpinan; 3. Situasional kepemimpinan; dan 4. Fungsional kepemimpinan.
1. Pendekatan Sifat Kepemimpinan:
Pendekatan pertama ini, disebut teri sifat. Dibicarakan mengenai sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Yaitu yang membedakan dengan yang bukan pemimpin. Para ahli ilmu kepemimpinan telah mengidentifikasikan 5 sifat negative yang mencegah orang menjadi pemimpin :
a. tidak banyak mengetahui.
b. Terlalu kaku.
c. Tidak berperan serta.
d. Otoriter.
e. Suka menyerang dengan kata-kata.
2. Pendekatan Gaya Kepemimpinan:
Penelitian-penelitian yang bersumber pada pandangan gaya kepemimpinan umumnya memusatkan perhatian mereka pada perbandingan antara gaya dekokratik dan gaya otokratik. Gatto (1992) mengkategorikan gaya kepemimpinan ke dalam 4 macam: Direktif, konsultatif, partisipatif, dan gaya delegasi.
Karakteristik dari setiap gaya tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a. Gayan direktif: Pemimpin yang direktif pada umumnya membuat keputusa-keputusan penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaannya. Semua kegiatan terpusat pada pemimimpin. Dan sedikit sekali kebebasan bagi bawahan untuk berkreasi. Pada dasarnya gaya direktif adalah gaya otoriter.
b. Gaya konsultatif: gaya ini dibangun di atas gaya direktif. Kurang otoriter dan banyak melakukan interaksi dengan para staf dan anggota organisasi/ bawahan. Fungsi pemimpin lebih bayak berkonsultasi, memberikan bimbingan, motivasi, memberi nasehat dalam rangka mencapai tujuan.
c. Gaya partisipatif: gaya ini bertolak dari gaya konsultatif yg bisa berkembang kea rah saling percaya antara bawahan dengan pemimpin. Pemimpin cenderung memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk menyelesaikan pekerjaan mereka sebagai tanggungjawab mereka.
d. Gaya delegasi: disebut juga gaya Free-rein. Yaitu gaya yang mendorong kemampuan staf untuk ambil inisiatif.Kurang interaksi dan control yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bisa berjalan apabila staf memperlihatkan tingkst kompetensi dan tanggungjawab yang tinggi.
3. Pendekatan Situasional Kepemimpinan:
Dalam pendekatan situasional dapat dikatakan bahwa factor determinan yang dapat membuat efektif suatu gaya kepemimpinan tergantung pada situasi dimana pemimpin itu berada pada kepribadian pemimpin sendiri. Fieldler (1967, 1974) mengajukan teori Kontingen, menyampaikan situasi kepemimpinan digolongkan dalam 3 dimensi : 1. hubungan pemimpin-anggota, yaitu pemimpin akan mempunyai lebih banyak kekuasaaan dan pengaruh, apabila ia dapat menjalin hubungan yang baik dengan anggota-anggota; 2. struktur tugas: penugasan terstruktur baik, jelas, eksplisit, terprogram, akan memungkinkan pemimpin lebih berpengaruh daripada penugasan itu kabur, tidak jelas, dan tidak terstruktur. 3. Posisi kekuasaan: pemimpin akan mempunyai kekuasaan dan pengaruh lebih banyak apabila posisinya atau kedudukannya memperkenankan ia memberi ganjaran, hukuman, mengangkat dan memecat daripada ia tidak memeliki kedudukan seperti itu.
C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA DAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN.
Hasil studi Tannenbaum dan Schmidt sebagaimana dikutip Kadarman , et.al (1996) menunjukkan bahwa gaya dan efektivitas gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh:
1) Diri Pemimpin. Kepribadian, pengalaman masa lampau, latar belakang, dan harapan pemimpin sangat mempengaruhi efektivitas kepemimpinan di samping gaya kepemimpinan yang dipilih.
2) Ciri Atasan. Gaya kepemimpinan atasan (dalam sebuah organisasi) sangat mempengaruhi orientasi pemimpin (organisasi) tersebut).
3) Ciri Bawahan. Respon yang diberikan oleh bawahan akan menentukan efektivitas kepemimpinan. Latar belakang pendidikan bawahan sangat menentukan pula cara pimpinan menentukan gaya kepemimpinan.
4) Persyaratan Tugas. Tuntutan tanggungjawab pekerjaan bawahan akan mempengaruhi gaya kepemimpinan atasan.
5) Perilaku dan harapan rekan. Rekan sekerja atasan/pemimpin merupakan kelompok acuan yang penting. Pendapat / masukan yang diberikan rekan-rekan sejawat pemimpin akan mempengaruhi efektivitas hasil kerja pimpinan.
II.
BEKAL MINIMAL SEORANG PEMIMPIN.
Yang sebenarnya menjadi seorang pemimipin itu tidak mudah. Kalau untuk menjadi pemimpin yang asal-asalan memang tidak dituntut syarat tertentu/minimal. Asal berani berteriak. Okelah. Apalagi di jaman reformasi ini, yang menurut saya sudah tidak ada lagi “roh” reformasinya, karena sudah kebablasan, asal berani teriak keras, dan menjadi idola, besar kemungkinan menjadi pemimpin. Persoalannya, pemimpin yang capable yang seperti apa? Apa syarat-syarat minimal yang seharusnya dipenuhi oleh seorang calon pemimpin? Berikut akan disampaikan hal tersebut. Seorang pemimpin semestinya memiliki bekal-bekal minimal sebagai berikut:
a) Memiliki Kharisma: menjadi pemimpin itu tidak mudah. Tidak semudah yang dibayangkan orang. Ia harus siap secara intelektual dan moral. Karena ia akan menjadi figure yang diharapkan banyak orang / bawahan. Perilakunya harus menjadi teladan / patut diteladani. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan diatas kemampuan rata-rata bawahannya. Singkatnya: seorang pemimipin harus mempunyai karisma. Karakteristik pemimpin yang punya karisma adalah: 1. Perilakunya terpuji; 2. Jujur dan dapat dipercaya, 3. Memegang komitmen; 4. Konsisten dengan ucapan; 5. Memiliki moral agama yang cukup.
b) Memiliki Keberanian: tidak lucu bila seorang pemimpin tidak memiliki keberanian. Minimal keberanian berbicara, mengemukakan pendapat, beradu argumentasi dan berani membela kebenaran. Secara lebih khusus keberanian itu ditunjukkan dalam komitmen: berani membela yang benar; memegang tegug pada pendirian yang benar; tidak takut gagal; berani ambil resiko; dan berani bertanggungjawab.
c) Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain: salah satu ciri bahwa seseorang memiliki jiwa kepemimpinan adalah kemampuannya mempengaruhi seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kemampuannya berkomunikasi, ia dapat mempengaruhi orang lain. Bagaimana caranya untuk mempengaruhi orang lain? 1. Membuat orang lain merasa penting; 2. Membantu kesulitan orang lain; 3. Mengemukakan wawasan dengan cara pandang yang positif; 4. Tidak merendahkan orang lain; 5. Memiliki kelebihan atau keahlian.
d) Mampu Membuat Strategi: seorang pemimpin semestinya identik dengan seorang ahli strategi. Maju-mundurnya perusahaan, gagal/berhasilnya suatu organisasi, banyak ditentukan oleh strategi yang dirancang oleh pimpinan perusahaan/ pimpinan organisasi. Bagaimana criteria seorang pemimpin yang mampu menyusun strategi? 1. Menguasai medan; 2. memiliki wawasan luas; 3. berpikir cerdas; 4. kreatif dan inovatif; 5. mampu melihat masalah secara komprehensif; 5. mampu menyusun skala prioritas; dan 5. mampu memprediksi masa depan.
e) Memiliki Moral yang Tinggi: menurut saya, moralitas merupakan ukuran berkwalitas atau tidaknya hidup seseorang. Apalagi seorang pemimpin yang akan menjadi panutan. Seorang pemimpin adalah seorang panutan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Bagaimana tanda-tanda seorang pemimpin yang bermoral tinggi? Sbb: 1. tidak menyakiti orang lain; 2. menghargai siapa saja; 3. bersikap santun; 3. Tidak suka konflik; 4. Tidak gegabah / grusah-grusuh; 5. Tidak mau memiliki yang bukan haknya; 6. Perkataannya terkendali dan penuh perhitungan; 7. Perilakunya mampu dijadikan contoh.
f) Mampu menjadi Mediator: seorang pemimpin yang bijak mampu bertindak adil dan berpikir obyektif. Dua hal tersebut akan menunjang tugas pimpinan untuk menjadi seorang mediator. Syarat seorang mediator meliputi beberapa criteria: 1. berpikir positif; 2. setiap ada masalah selalu berada di tengah; 3. meliki kemampuan melobi; 4. mampu mendudukkan masalah secara proporsional; 5. mampu membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
g) Mampu menjadi Motivator: hubungan seorang pemimpin dengan motivasi yaitu seorang pemimpin adalah / sekaligus seorang motivator. Tidak boleh tidak. Demikianlah memang seharusnya. Pimpinan adalah titik sentral dan titik awal sebuah langkah akan dimulai. Motivasi akan lahir jika pimpinan menyadari fungsinya sebagai motivator. Tanda-tanda seorang pemimpin menyadari fungsinya sebagai motivator: 1. memiliki kepedulian kepada orang lain; 2. mampu menjadi pendengar yang baik; 3. mengajak kepada kebaikan; 4. mampu meyakinkan oranglain; 5. berusaha mengerti keinginan orang lain.
h) Memiliki Rasa Humor: akan lebih mudah seorang pemimpin melaksanakan tugas kepemimpinannya – jika didukang sifat humoris pimpinan; memiliki humor yang tinggi. Kata orang humor lebih penting dari kenaikan gaji. Termasuk kategori pemimpin yang memiliki rasa humor adalah sebagai berikut: 1. murah senyum; 2. mampu memecahkan kebekuan suasana; 3. mampu menciptakan kalimat yang menyegarkan; 4. kaya akan cerita dan kisah-kisah lucu. 5. Mampu menempatkan humor pada situasi yang tepat.
***
III
KESIMPULAN:
Satu hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dari apa yang ditulis di atas adalah: kepemimpinan itu suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungan antar manusia untuk mempengaruhi orang lain dan diarahkan melalui proses komunikasi dengan tujuan agar orang lain mau melakukan sesuatu dalam usaha untuk mencapai apa yang diinginkan oleh orang yang mempengaruhi atau oleh mereka semua.
Referensi materi Latihan Dasar kepemimpinan
untuk OSIS.
Selengkapnya...
11 April 2009
Suksesi Kepemimpinan dalam LDK Sekolah
Kepemimpinan: Tugas, Sifat, dan Syarat
Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen, bahkan dapat dinyatakan, kepemimpinan adalah inti dari managemen.
Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin atau memiliki ‘kepemimpinan’, sebaliknya banyak orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
Sedang pengertian ‘kepala’ menunjukan segi formal dari jabatan pemimpin saja, maksudnya secara yuridis-formal setiap orang dapat saja diangkat mengepalai sesuatu usaha atau bagian (berdasarkan surat keputusan atau surat pengangkatan), walaupun belum tentu orang yang bersangkutan mampu menggerakan mempengaruhi dan membimbing bawahannya serta (memimpin) memiliki kemampuan melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan.
1. Jenis-jenis kepemimpinan
Sepanjang perjalanan sejarah manusia, selalu ditemui adanya pemimpin-pemimpin dalam berbagai bidang kegiatan yang pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 4 jenis kepemimpinan:
1. Kepemimpinan di bidang rohaniah
2. Kepemimpinan di bidang politik
3. Kepemimpinan di bidang militer, dan
4. Kepemimpinan di bidang managerial
Adapun yang menjadi pokok masalah pembahasan dalam buku ini adalah jenis kepemimpinan yang terakhir atau kepemimpinan di bidang manajerial khususnya dalam bidang seni pertunjukan.
Kepemimpinan Managerial adalah kepemimpinan yang kegiatannya dilakukan berdasarkan efisiensi atau berdasarkan perhitungan real antara usaha yang dijalankan dengan hasil yang diharapkan. Cara-cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut adalah dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen seperti yang diuraikan sebelumnya.
2. Teori-teori Kepemimpinan
Ada 2 macam pendapat atau konsepsi tentang timbulnya kemampuan seseorang untuk menggerakan orang-orang lain dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan.
- Teori Genetik (pembawaan sejak lahir)
Di masa lalu banyak orang percaya bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena darah atau keturunan. Teori ini biasanya hidup di kalangan bangsawan. Lihat misalnya dalam ceritera pewayangan: Mahabarata, Ramayana, Panji, dan sejarah kerajaan-kerajaan hindu dan islam di Indonesia.
Dalam hal ini hanyalah keturunan raja saja yang dapat menggantikan kedudukan ayah atau orang tuanya untuk memerintah sebagai seorang pimpinan. Sebaliknya jika orang tuanya bukan atau tidak pernah menjadi pemimpin, anak-anaknya dipandang tidak akan mampu menjadi pemimpin.
Dalam alam demokrasi sekarang ini, teori ini banyak ditentang.
- Teori Sosial
Teori sosial mengatakan bahwa kepemimpinan bukannya diperoleh berdasarkan keturunan, tetapi karena pengaruh situasi dan kondisi masyarakat. Dengan perkataan lain teori ini menyatakan bahwa semua orang dapat saja menjadi pemimpin asal memiliki bakat-bakat yang cukup dapat dikembangan melalui pendidikan, pengalaman, dan latihan tergantung pula akan ada tidaknya kesempatan serta iklim yang memungkinkannya menjadi pemimpin.
Teori sosial ini sekarang lebih banyak dipakai karena lebih sesuai dengan alam demokrasi dan tuntutan hak-hak asasi manusia.
3. Jalan Menjadi Pemimpin
Ada beberapa jalan bagi seseorang untuk menjadi pemimpin, diantaranya adalah:
- Dengan jalan membentuk diri sendiri
Orang-orang yang memiliki kemampuan mencipta atau orang-orang yang kreatif dan memiliki prakarsa (inisiatif) yang tinggi dapat memupuk dan mengembangkan kemampuannya sehingga akhirnya akan dapat menciptakan suatu usaha yang dipimpinnya sendiri secara baik.
- Melalui pemilihan orang banyak
Biasanya hal ini terjadi di dalam organisasi-organisasi politik, serikat sekerja, organisasi kesenian, olahraga, dan sebagainya. Lazimnya pemimpin yang dipilih orang banyak ini bertugas dalam jangka waktu yang terbatas: dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya.
- Melalui penunjukan
Pada kantor-kantor pemerintah dan banyak kantor swasta, seseorang dapat menjadi pemimpin karena ditunjuk oleh orang lain yang lebih tinggi kedudukannya dalam instansi yang bersangkutan.
- Melalui kombinasi pemilihan dan penunjukan
Dalam hal ini dua macam cara yang dapat ditempuh:
1. Dari atasan ditunjuk beberapa calon pemimpin, dan kemudian para anggota memilih salah seorang dari calon-calon tersebut.
2. Para anggota memilih beberapa calon pemimpin, dan kemudian atasan memilih salah satu diantaranya.
4. Tipe dan Aspek Kepemimpinan
Tipe-tipe kepemimpinan
Berdasarkan sikap-sikap pemimpin dan dari cara mereka menjalankan kepemimpinan, dikenal adanya beberapa tipe kepemimpinan:
-Kepemimpinan Pribadi
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin secara langsung mengadakan kontak dengan bawahan. Sehingga hasil kerja langsung diketahui oleh pimpinan tingkat atas yang juga menginginkan mengetahui segala hal sampai detail. Dalam hal ini mudah timbul kepemimpinan yang sentralistis yang kurang memperhatikan hirarki atau pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Akibatnya jika ada pekerjaan yang gagal, banyak pihak tidak mau ikut bertanggung jawab.
-Kepemimpinan Non-Pribadi
Tipe kepemimpinan di mana pimpinan tidak mengadakan kontak langsung dengan bawahan, melainkan melalui saluran jenjang hirarki yang sudah ada. Dengan demikian masing-masing bagian lebih merasa bertanggung jawab. Kelemahannya ada kemungkinan pekerjaan dan keputusan berjalan lambat, karena segala sesuatu harus diputuskan melalui tingkatan-tingkatan hirarki yang panjang.
-Kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak pribadinya sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain dan tidak boleh ada orang lain yang turut campur. Kepemimpinan semacam ini sering dianggap berbahaya dan banyak mengandung resiko.
-Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui forum musyawarah untuk mencapai kata sepakat
-Kepemimpinan Kebapakan
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin bertindak sebagai ayah kepada anak-anaknya: mendidik, mengasuh, mengajar, membimbing, dan menasehati. Pada dasarnya kepemimpinan semacam ini baik, tetapi kelemahannya tidak memberikan kesempatan kepada bawahan untuk tumbuh menjadi dewasa dan lebih bertanggung jawab.
-Kepemimpinan Karismatis
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin memiliki daya tarik yang amat kuat. Seolah-olah dalam diri pemimpin tersebut terdapat kekuatan yang luar biasa, sehingga dalam waktu singkat dapat menggerakkan banyak pengikut. Termasuk pemimpin semacam ini misalnya: Gandhi, J.F.Kennedy dan Khomeini. Kepemimpinan tipe ini adalah baik selama pemimpin berpegang teguh kepada moral yang tinggi dan hukum-hukum yang berlaku.
Aspek-aspek kepemimpinan
Pada umumnya dikenal 2 aspek kepemimpinan, yaitu aspek internal dan aspek eksternal yang sekaligus harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
- Aspek internal, adalah pandangan seorang pemimpin ke arah masalah masalah ketata-lembagaan yang meliputi: keadaan, gerak tuntutan, dan tujuan organisasi yang dipimpinnya.
Dalam aspek ini harus diperhatikan bahwa :
1. Pandangan pemimpin terhadap organisasi harus menyeluruh.
2. Pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tegas.
3. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan dilaksanakan dengan baik.
4. Hubungann dengan bawahan harus terbina baik sehingga mudah mendapatkan dukungan dan menggerakan mereka.
- Aspek eksternal atau aspek politik, adalah pandangan seorang pemimpin yang diarahkan ke luar organisasi untuk melihat perkembangan situasi masyarakat
1. Tugas dan Sifat Kepemimpinan.
2. Tugas-tugas kepemimpinan
Tugas pokok seorang pemimpin sebenarnya telah jelas yaitu melaksanakan fungsi-fungsi managemen seperti yang telah disebutkan sebelumnya yang terdiri dari: merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi.
Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakan orang-orang yang dipimpinnya. Agar orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara efektif seorang pemimpin di samping harus memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan hubungan manusiawi. Secara lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin meliputi: pengambilan keputusan menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan, mengorganisasikan dan menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan baik secara vertikal (antara bawahan dan atasan) maupun secara horisontal (antar bagian atau unit), serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
5. Sifat-sifat atau syarat-syarat kepemimpinan
Karena seorang pemimpin bertugas menggerakan orang-orang yang dipimpinnya, maka sudah barang tentu ia harus memiliki sifat-sifat yang lebih dari orang-orang yang dipimpinnya. Banyaknya sifat-sifat ideal yang dituntut bagi seorang pemimpin berbeda-beda menurut bidang kegiatan, jenis atau tipe kepemimpinan, tingkatan dan bahkan juga latar belakang budaya dan kebangsaan. Untuk memperoleh perbandingan yang luas berikut ini akan diuraikan sifat-sifat atau syarat-syarat kepemimpinan yang diajukan oleh beberapa ahli, pemuka masyarakat, dan bahkan berdasarkan tradisi masyarakat tertentu. Menurut Dr. Roeslan Abdulgani seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam 3 hal dari orang-orang yang dipimpinnya :
-Kelebihan dalam bidang ratio.
Artinya seseorang pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang tujuan dan asas organisasi yang dipimpinnya. Memiliki pengetahuan tentang cara-cara untuk menjalankan organisasi secara efisien. Dan dapat memberikan keyakinan kepada orang-orang yang dipimpin ke arah berhasilnya tujuan.
-Kelebihan dalam bidang rohaniah.
Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang memancarkan keluhuran budi, ketinggian moral, dan kesederhanaan watak.
-Kelebihan dalam bidang lahiriah/jasmaniah.
Artinya dengan kelebihan ketahanan jasmaniah ini seorang pemimpin akan mampu memberikan contoh semangat dan prestasi kerja sehari-hari yang baik kepada orang-orang yang dipimpin.
Terry menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang baik, yaitu memiliki:
-Kekuatan atau energi
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu bekerja keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
-Penguasaan emosional
Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak mudah marah dan putus asa.
-Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan
Seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi dengan bawahannya dan orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan yang dihadapinya.
1. Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan semangat, gairah, dan ketekunan dalam bekerja.
2. Kecakapan berkomunikasi: kemampuan menyampaikan ide, pendapat serta keinginan dengan baik kepada orang lain, serta dapat dengan mudah mengambil intisari pembicaraan.
3. Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu mengajar dan memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk, menerangkan yang belum dengan gambaran jelas serta memperbaiki yang salah.
4. Kecakapan bergaul: dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui pergaulan agar dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan. Sebaiknya bawahan juga bersedia bekerja dengan senang hati dan sukarela untuk mencapai tujuan.
5. Kemampuan teknis kepemimpinan: mengetahui azas dan tujuan organisasi. Mampu merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan, mengawasi, dan lain-lain untuk tercapainya tujuan. Seorang pemimpin harus menguasai baik kemampuan managerial maupun kemampuan teknis dalam bidang usaha yang dipimpinnya.
Dalam amanatnya mengenai masalah kepemimpinan berdasarkan falsafah Panca Sila, Jenderal Soeharto menyimpulkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu kesadaran beragama dan beriman teguh
2. Hing ngarsa sung tulada, yaitu memberi suri-tauladan yang baik di hadapan anak buah.
3. Hing madya mangun karsa, yaitu bergiat dan menggugah semangat di tengah-tengah masyarakat (anak buah).
4. Tut Wuri handayani, yaitu memberi pengaruh baik dan mendorong dari belakang kepada anak buah.
5. Waspada purba wisesa, yaitu mengawasi dan berani mengoreksi anak buah.
6. Ambeg parama arta, yaitu memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7. Prasaja, yaitu bertingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan
8. Satya, yaitu sikap loyal timbal balik dari atasan terhadap bawahan, dari bawahan terhadap atasan dan juga ke samping.
9. Hemat, yaitu kesadaran dan kemampuan membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu untuk keperluan yang benar-benar penting.
10. Sifat terbuka, yaitu kemauan, kerelaan, keikhlasan, dan keberanian untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya.
11. Penerusan, yaitu kemauan, kerelaan, dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tugas dan tanggung jawab serta kedudukan kepada generasi muda guna diteruskannya.
Dari dunia pewayangan dan pustaka lama pun, seringkali dapat kita pelajari sifat-sifat yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Misalnya seperti yang diajarkan oleh Resi Abiyasa kepada ksatriya Arjuna dalam kisah-kisah Mahabarata: Heneng, Hening, Heling, dan Hawas:
-Heneng artinya tenang
Seorang pemimpin harus memiliki sifat tenang dalam menghadapi segala persoalan. Jika mudah gelisah maka anak buah pun akan menjadi gelisah. Dengan ketenangan segala persoalan akan lebih mudah dihadapai.
-Hening artinya cipta
Seorang pemimpin harus memiliki ide, prakarsa, dan kreatif.
-Heling artinya ingat atau sadar
Seorang pemimpin harus selalu ingat kepada orang-orang yang dipimpinnya atau kepada rakyat.
-Hawas artinya waspada
Seorang pemimpin harus selalu waspada terhadap segala sesuatu yang mungkin terjadi.
Selanjutnya berikut ini 8 sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sebagaimana diajarkan oleh Sri Rama kepada Wibisana ketika hendak menjadi raja di Alengka menggantikan Rahwana kakaknya. Dalam dunia pewayangan ke-8 sikap atau laku ini disebut dengan ‘Hasta Brata’, meliputi :
-Surya Brata
Surya artinya matahari. Maksudnya seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti matahari yang dapat memberikan penerangan kepada dunia. Pemimpin harus mampu memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan organisasi. Cakap berkomunikasi dan mengajar bawahan untuk menjelaskan segala yang belum dimengerti.
-Bayu Brata
Bayu artinya angin, yang memberikan kesejukan kepada siapapun saat udara panas. Seorang pemimpin harus mengetahui dan memahami perasaan dan kehendak serta pikiran anak buah, bersikap ramah tamah dan memiliki budi yang tinggi, sehingga dapat memberikan kesejukan kepada segenap bawahannya.
-Indra Brata
Indra artinya hujan, yang memberikan kesuburan. Maksudnya seorang pemimpin harus dapat mengusahakan dan menjamin kesejahteraan lahir dan batin orang-orang yang dipimpinnya.
-Dhana Brata
Dhana artinya harta atau kekayaan. Seorang pemimpin harus dapat menggunakan harta kekayaan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama dan bukan hanya untuk kepentingan sendiri. Sebaliknya pemimpin bahkan harus memberikan contoh sikap hidup dan cara hidup yang sederhana.
-Sasi Brata
Sasi artinya bulan, yang dapat membuat senang siapa saja yang menatapnya. Seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang membuat dirinya disenangi oleh orang-orang yang dipimpinnya. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara pemimpin menyenangi dan menghargai bawahannya (anak buah)
-Yama Brata
Yama artinya jiwa. Pemimpin harus tegas dalam menegakan keadilan seperti halnya Dewa Yama yang tanpa ragu-ragu dan tanpa pandang bulu mencabut jiwa (jika perlu) mereka yang salah. Siapa yang salah wajib dikenai hukuman yang setimpal dengan menegakan keadilan.
-Pasa Brata
Pasa adalah senjata dewa Baruna yang tak pernah meleset mengenai sasarannya. Maksudnya dalam mengambil keputusan seorang pemimpin harus berdasarkan pertimbangan dengan melihat fakta-fakta, bijaksana, sehingga tepat mengenai sasarannya.
-Agni Brata
Agni artinya api, artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti api yang memberikan kehangatan kepada anak buah, membangkitkan semangat bekerja yang berapi-api.
Dari bandingan-bandingan yang diberikan di atas, tampak betapa tinggi sifat-sifat atau syarat-syarat yang dituntut bagi seorang pemimpin. Di dalam kenyataan memang tidak mudah bagi seorang pemimpin untuk memenuhi sifat-sifat tersebut secara sempurna.
Selengkapnya...
Beberapa Pendekatan dalam Kepemimpinan
Menurut stoner kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi penting, pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain ( bawahan atau pengikut ), kwalitas seorang pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam menerima pengarahan dari pemimpin. Kedua, kepemimpinan merupakan pembagian yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok dan sebaliknya anggota kelompok atau bawahan secara tidak langsung mengarahkan kegiatan pimpinan. Ketiga kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi bawahan juga mempunyai pengaruh. Dengan kata lain seorang pimpinan tidak dapat mengatakan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan tapi juga mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintah pemimpin.
Pendekatan Studi Kepemimpinan
Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan pertama bahwa kepemimpinan itu tumbuh dari bakat, kedua kepemimpinan tumbuh dari perilaku. Kedua pendekatan diatas berasumsi bahwa seseorang yang memiliki bakat yang cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok ( organisasi ) apapun yang ia masuki. Pendekatan yang ketiga bersandar pada pandangan situasi ( situasionar perspective ) pandangan ini berasumsi bahwa kondisi yang menentukan efektifitas pemimpin. Efektifitas pemimpin bervareasi menurut situasi tugas yang harus diselesaikan, keterampilan dan pengharapan bawahan lingkungan organisasi dan pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Dalam situasi yang berbeda prestasi seorang pemimpin berbeda pula, mungkin lebih baik atau lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan pendekatan kontingensi yang menentukan efektifitas situasi gaya pemimpin.
Pendekatan Sifat-Sifat Kepemimpinan
Kelompok pertama yang bermaksud menjelaskan tentang aspek kepemimpinan yaitu para teoritis kesifatan. Bahwa pemimpin mempunyai sifat dan cirri tertentu.
Untuk mengenali karakteristik atau ciri pribadi dari para pemimpin, para psikolog mengadakan penelitian. Mereka berpandangan bahwa pemimpin ini dilahirkan bukan dibuat. Secara alamiah bahwa orang yang mempunyai sifat kepemimpinan adalah orang yang lebih agresif. Lebih tegas, dan lebih pandai berbicara dengan orang lain serta lebih mampu dan cepat mengambil keputusan yang akurat. Pandangan ini mempunyai implikasi bahwa jika ciri kepemimpinan dapat dikenali. Maka organisasi akan jauh lebih canggih dalam memilih pemimpin. Hanya orang-orang yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan sajalah yang akan menjadi manajer, pejabat dan kedudukan lainnya yang tinggi.
Ukuran dalam pencarian ciri kepemimpinan menggunakan dua pendekatan 1) membandingkan bawahan dengan pemimpin 2) membandingkan ciri pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif.
Perilaku Pemimpin
1. Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Perilaku pemimpin mempunyai dua aspek yaitu fungsi kepemimpinan (style leadership). Aspek yang pertama yaitu fungsi-fungsi kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar berjalan efektif, seseorang harus melakukan dua fungsi utama yaitu : 1) fungsi yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan 2) fungsi-fungsi pemeliharaan (pemecahan masalah sosial). Pada fungsi yang pertama meliputi pemberian saran pemesahan dan menawarkan informasi dan pendapat. Sedangkan pada fungsi pemeliharaan kelompok meliputi menyetujui atau memuji orang lain dalam kelompok atau membantu kelompok beroperasi lebih lancar.
2. Gaya-gaya Kepemimpinan
Pada pendekatan yang kedua memusatkan perhatian pada gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan meliputi 1) Gaya dengan orientasi tugas dan 1) Gaya berorientasi dengan karyawan. Pada gaya yang pertama pemimpin mengarahkan dan mengawasi melalui tugas-tugas yang diberikan kepada bawahannya secara tertutup, pada gaya ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Sedangkan gaya yang berorientasi pada karyawan lebih memperhatikan motivasi daripada mengawasi, disini karyawan diajak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan melalui tugas-tugas yang diberikan.
Teori X Dan Teori Y Dari McGregor
Douglas McGrogor mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep manajemen partisipasi. Konsep ini terkenal karena menggunakan asumsi-asumsi sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai bergaya kepemimpinan otoriter dan sebaiknya seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih cenderung menyukai gaya kepemimpinan demokratik.
Penelitian Di Universitas Ohio State Dan Michigan
Di universitas Ohio State, para peneliti mencoba mempelajari efektifitas dari perilaku kepemimpinan untuk menentukan mana yang paling efektif dari kedua
Pendekatan Situasional “ Contingency”
Pendekatan ini menggambarkan tentang gaya kepemimpian yang tergantung pada faktor situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variabel lingkungan lainnya.
Mary Parker Follectt mengatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kepemimpinan yaitu 1) pemimpin, 2) bawahan 3) Situasi juga pemimpin harus berorientasi pada kelompok.
Selengkapnya...
Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan karismatik selama ini selalu identik dengan pengamatan pemimpin di politik dan keagamaan bukan kepemimpinan organisasi dan perusahaan. Karisma berasal dari bahasa yunani diartikan karunia diispirasi ilahi (divenely inspired gift) seperti kemampuan meramal dimasa yang akan datang.
Para ahli sepakat mengartikan karisma sebagai "suatu hasil persepsi para pengikut dan atribut-atribut yang dipengaruhi oleh kemampuan-kemampuan aktual dan prilaku dari para pemimpin dalam konteks situasi kepemimpinan dan dalam kebutuhan-kebutuhn individual maupun kolektif para pengikut " (Yukl, 1994:269)
Beberapa teori karismatik
Ada teori atribusi yang menyatakan bahwa kepemimpinan karismatik didasarkan atas asumsi bahwa karisma adalah sebuah fenomena atribusi (Conger & Kanungo, 1987) dan ada juga teori konsep sendiri yang menyangku karismatik seorang pemimpin dapat dilihat pada sejauh mana apeksi seorang pengikut, keterlibatan emosi dan motivasi yang tinggi didasari pengorbanan jiwa yang luar biasa (Shamir, house, Arthur, 1993) selain konsep teori tinjauan psiko-analisa karisma seorang pemimpin diberlakukan sangat tidak realistis dan tingkat identifikasi ekstrim oleh para pengikut baik melalui pemindahan karisma masa lalu seperti karisma trah Ir. Sukarno yang melegendaris ada pada mantan presiden Megawati yang mengarah pada kultus dengan berbagai konsekuensi negatif. konsekuensi karismatik negatif (Conger, 1990) dapat dilihat dari pola hubungan antara lain :
• Hubungan antar pribadi yang jelek tidak sesuai dengan pendahulunya
• Konsekuensi negatif dari prilaku impulsif dan tidak konvensional
• Konsekuensi negatif dari manajemen kesan bahwa dirnya sangat dibutuhkan pengikut atau karena sekedar mendompleng nama pendahulunya
• Praktik administrasi lemah, karismatik dalam memimpin tapi sangat lemah dalam penataan aktiftas yang membutuhkan dukungan administratif
• Konsekuensi negatif dari dari rasa percaya diri yang lemah karena berbeda kapasitas dan kredibilitas dan dirinya memuja dirinya berlebihan (Narcisis).
• Gagal untuk merencanakan suksesi kepemimpinan karena belum tentu ada yang selevel dengan dirinya sehingga mematikan pengkaderan dlam organisasi.
Referensi : Kepemimpinan dalam organisasi, Garry Yukl, terj. Jusuf udaya, Prehalindo, Jakarta, 1994.
Selengkapnya...
21 March 2009
Seni Memimpin
SENI MEMIMPIN
1. Kepemimpinan sejati adalah yang suportif, bukan memaksakan
2. Pemimpin sejati berupaya memimpin orang lain, bukan mendorong-dorong dari belakang.
3. Kepemimpinan berarti melibatkan orang lain
4. Kepemimpinan berarti mendahulukan dan mengutamakan visi, bukan aksi.
5. Kepemimpinan berarti pemahaman bahwa orang lebih penting ketimbang benda-benda mati.
6. Kepemimpinan adalah seni, yang mesti dipelajari dan diterapkan dengan hati-hati. Jangan disalah artikan sebagai sekedar posisi.
KEPEMIMPINAN BUKANLAH PERMAINAN EGO
1. Pementingan diri sendiri sebagai seorang pemimpin adalah pembunuhan terhadap diri sendiri.
2. Semangat sebuah kelompok mencerminkan semangat kepemimpinannya.
3. Ego bisa menjadi penghalang, bisa pula menjadi pelancar kreatifitas. Ego bisa membantu jika aliran energinya mengarah ke pekerjaan yang mesti dirampungkan, bukan mengarah ke dalam diri sendiri.
4. Ingat, Kepemimpinan bukanlah permainan Ego!!
KEPEMIMPINAN BERARTI TANGGUNG JAWAB
1. Pandanglah kepemimpinan bukan sebagai keglamoran, melainkan tanggung jawab
2. Jangan terlampau memikirkan opini orang lain, sebagaimana memikirkan kenyataan.
3. Jangan terpengaruh pujian atau hujatan orang lain, tidak juga reaksi personal anda; pikirkan tindakan (aksi) Anda, bagaimana menyelesaikan sebuah pekerjaan.
4. Pusatkan perhatian pada ritme-ritme yang panjang dalam sebuah proyek, bukan yang naik turun secara temporer
5. Siaplah memikul tanggung jawab baik terhadap keberhasilan maupun kegagalan
6. Menerima tanggung jawab berarti mau menerima tugas mencari jawaban-jawaban kreatif kendati konvensi mengatakan sudah tak ada lagi.
KEPEMIMPINAN BERARTI MENGESAMPINGKAN BERBAGAI KEINGINAN PRIBADI
1. Pemimpin sejati menempatkan keinginan-keinginan pribadinya di urutan paling belakang, bukan pertama
2. Pemimpin sejati tak pernah sekalipun bertanya “Apa yang saya suka?” dalam setiap kesempatan, melainkan, “Apa yang saya rasa diperlukan ?” dan apa yang tepat?”
3. Pendekatan terbaik terhadap setiap masalah adalah, “Apa yang sepertinya bakal terjadi di sini?” Kecakapan sebagai pemimpin ditunjukkan lewat kemampuannya menyesuaikan Ketidakpersonalan (impersonally)-nya dengan rangkaian kejadian yang sedang mengalir.
4. Kepemimpinan membutuhkan keterbukaan terhadap perasaan orang lain dan bukan mengesampingkannya demi alasan “lebih mementingkan tugas”. Dalam cakup yang luas, kesejahteraan merekalah yang menjadi tugasnya.
KEPEMIMPINAN BERARTI MELAYANI
1. Pandanglah kepemimpinan sebagai sekedar pekerjaan, sebagaimana orang-orang lain.
2. Kepemimpinan berarti memberikan layanan, bukan menerimanya.
3. Kesahajaan lebih penting buat seorang pemimpin, ketimbang medali pencapaian apapun.
4. Kesahajaan adalah kejujuran terhadap diri sendiri
5. Jika Anda orang yang taat beragama, pandanglah Tuhan sebagai yang menentukan segalanya; Jadikan karya anda sebagai persembahan untuk-Nya.
KEPEMIMPINAN BERARTI LOYALITAS
1. Bekerjasamalah dengan orang lain menurut keadaan mereka, bukan mau anda atas diri mereka.
2. Bekerjasamalah dengan segala sesuatunya sebagaimana lazim, bukan semau-mau anda.
3. Bersabarlah. Pahamilah bahwa memberikan sudut pandang baru kepada orang lain itu membutuhkan waktu.
4. Untuk mendapatkan loyalitas anak buah, lebih dulu curahkanlah perhatian pada loyalitas Anda sendiri.
5. Untuk memenangi cinta, berikanlah cinta, cinta anda, terlebih dulu.
6. Saat mengoreksi orang lain, pikirkan kesiapan dia untuk mendengarnya.
7. Lebih dahulu, bersikalah loyal kepada diri anda sendiri.
KEPEMIMPINAN ADALAH INTUISI YANG DIBIMBING OLEH AKAL SEHAT
1. Pemimpin bijak lebih menaruh perhatian pada apa yang memang terjadi ketimbang apa yang dia inginkan.
2. Dia lebih mementingkan apa yang bisa memberikan hasil, bukan sekedar opini-opini, atau bahkan opininya sendiri.
3. Dia lebih menghargai kebenaran daripada apa yang dia pikir tepat.
4. Seorang pemimpin yang bijak bisa meyakinkan orang lain dengan alasan yang masuk akal, atau dengan daya tarik keyakinannya sendiri, dan tak pernah menggunakan “otoritas keluar (outward authority)” dari posisinya ataupun pengalamannya masa lalu.
5. Pendukung yang diskriminatif (dalam arti positif, red) perlu ditumbuhkembangkan, bukan sekedar dibuat yakin.
6. Waspadalah ketika mendasarkan alasan pengajuan rencana anda cuma pada pijakan intuisi. Cobalah untuk menyampaikan ide-ide anda dengan cara yang mengundang tanggapan cerdas.
7. Gunakan selalu akal sehat sebagai panduan.
8. Akal sehat adalah kemauan untuk belajar dari pengalaman.
9. Akal sehat dan intuisi bisa digunakan seiring dan sejalan, masing-masing saling memberikan kejernihannya. Akal sehat menelaah intuisi. Dan, intuisi mengilhami akal sehat agar selalu meraba-raba dibalik apa yang telah dikenali menuju ladang terbuka yang belum dikenali.
PENTINGNYA KELUWESAN DALAM KEPEMIMPINAN
1. Terbukalah untuk mengakui kekeliruan Anda. Ingat, hanya kebenaran yang akhirnya akan menang.
2. Biarkan ide-ide anda mengalir lancar. Camkanlah bahwa kesempurnaan bukanlah hal yang mesti diutamakan, melainkan arah.
3. Adaptasikan tindakan anda dengan kenyataan.
4. Hadapi setiap situasi yang muncul dengan cara yang segar. Pandanglah sebagaimana adanya.
5. Jangan terlalu banyak membikin aturan, karena aturan yang terlampau banyak justru bisa menghancurkan upaya anda.
6. Terbukalah terhadap sudut pandang otang lain; mungkin mereka lebih baik dari sudut pandang anda sendiri
7. Berusahalah untuk memusatkan pada diri anda yang lebih dalam, dan bersandarlah disitu.
PERLUNYA BERTINDAK BUKAN BICARA DALAM KEPEMIMPINAN
1. Kepemimpinan berarti tindakan atau aksi, bukan sekedar ide-ide bagus untuk bertindak
2. Jangan menghabiskan begitu banyak energi untuk membuat rencana, sehingga tak tersisa lagi untuk melaksanakan rencana itu.
3. Tindakan munculnya kreatifitas.
4. Hampir semua tindakan jauh lebih baik ketimbang diam berlama-lama, akibat tak ada keputusan yang pasti
KEPEMIMPINAN BERATI MEMBERIKAN DUKUNGAN
1. Berusahalah untuk memperbesar kemampuan anak buah anda, dalam soal kreatifitas, dan juga kualitas kepemimpinan mereka.
2. Beri dorongan kepada mereka dalam proyek yang mereka jalankan.
3. Biarkan mereka belajar dari kesalahan mereka sendiri.
4. Terbukalah untuk kompromi. Jangan mengharap lebih dari apa yang bisa mereka berikan. Jika terpaksa, perluas cakrawala pandang mereka sedikit demi sedikit.
5. Ajaklah mereka untuk mendukung, bukan untuk memerintahkan.
6. Terima saja otoritas anda sebagaimana yang mereka berikan.
7. Jangan pernah melimpahkan pekerjaan yang anda sendiri tidak mau mengerjakannya.
MANFAATKAN KEKUATAN ANAK BUAH DALAM KEPEMIMPINAN
1. Berusahalah menambah tinggi kualitas terbaik anak buah, bukan mengeluhkesahkan kualitas terburuk mereka. Anda akan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dengan memberikan semangat kepada orang lain, ketimbang dengan mengecilkannya.
2. Manfaatkan berbagai kekuatan organisasi anda, bukan justru kelemahannya. Curahkan lebih banyak energi kepada orang-orang yang idenya sejalan dengan anda, ketimbang mengurusi mereka yang berkecenderungan menolak anda.
3. Jangan terlalu banyak menghamburkan energi untuk menghadapi berbagai situasi negatif. Kuatkan sisi positifnya, dan segala pusaran negatif pun akan pudar, atau menyingkir dengan sendirinya dari hadapan anda.
4. Jangan biarkan anak buah hanya melontarkan kritik negatif. Ajari mereka bahwa mereka punya hak bicara asalkan bisa memberikan solusi saat mereka menunjuk persoalan.
5. Berikan dorongan kepada mereka yang mau mengerjakan, bukan cuma bicara.
6. Jangan pernah memburu popularitas. Curahkan perhatian lebih besar pada berbagai isu, perkembangan, dan prinsip-prinsip yang dipegang.
7. Jangan pernah bicara suka atau tidak suka secara pribadi, melainkan senantiasa menuruti rasa keadilan, kejujuran (fairness), dan kebenaran.
BY SETIAWAN PURNOMO, S.E
Selengkapnya...
20 March 2009
Leadership Quotes
Adlai Stevenson:
It's hard to lead a cavalry charge if you think you look funny on a horse.
Albert Einstein:
Great spirits have always found violent opposition from mediocrities. The latter cannot understand it when a man does not thoughtlessly submit to hereditary prejudices but honestly and courageously uses his intelligence.
Carl Sagan:
But the fact that some geniuses were laughed at does not imply that all who are laughed at are geniuses. They laughed at Columbus, they laughed at Fulton, they laughed at the Wright brothers. But they also laughed at Bozo the Clown.
Dwight D. Eisenhower:
You do not lead by hitting people over the head - that's assault, not leadership.
Edwin H. Friedman:
Leadership can be thought of as a capacity to define oneself to others in a way that clarifies and expands a vision of the future.
Elizabeth Dole:
What you always do before you make a decision is consult. The best public policy is made when you are listening to people who are going to be impacted. Then, once policy is determined, you call on them to help you sell it.
Eric Hoffer:
In times of change, learners inherit the Earth, while the learned find themselves beautifully equipped to deal with a world that no longer exists.
Ernest Becker:
It is not so much that man is a herd animal, said Freud, but that he is a horde animal led by a chief.
Eugene V. Debs:
I never had much faith in leaders. I am willing to be charged with almost anything, rather than to be charged with being a leader. I am suspicious of leaders, and especially of the intellectual variety. Give me the rank and file every day in the week. If you go to the city of Washington, and you examine the pages of the Congressional Directory, you will find that almost all of those corporation lawyers and cowardly politicians, members of Congress, and mis-representatives of the masses -- you will find that almost all of them claim, in glowing terms, that they have risen from the ranks to places of eminence and distinction. I am very glad I cannot make that claim for myself. I would be ashamed to admit that I had risen from the ranks. When I rise it will be with the ranks, and not from the ranks.
Everett Dirksen:
I am a man of fixed and unbending principles, the first of which is to be flexible at all times.
Faye Wattleton:
The only safe ship in a storm is leadership.
Faye Wattleton:
Whoever is providing leadership needs to be as fresh and thoughtful and reflective as possible to make the very best fight.
H. Ross Perot:
Inventories can be managed, but people must be led.
Henrik Ibsen:
A community is like a ship; everyone ought to be prepared to take the helm.
Herbert B. Swope:
I cannot give you the formula for success, but I can give you the formula for failure: which is: Try to please everybody.
Isaac Newton:
If I have seen farther than others, it is because I was standing on the shoulder of giants.
James Callaghan:
A leader must have the courage to act against an expert's advice.
James Kouzes and Barry Posner:
There's nothing more demoralizing than a leader who can't clearly articulate why we're doing what we're doing.
James Kouzes and Barry Posner:
[Y]ou must unite your constituents around a common cause and connect with them as human beings.
Jawaharlal Nehru:
A leader or a man of action in a crisis almost always acts subconsciously and then thinks of the reasons for his action.
Jesse Jackson:
Time is neutral and does not change things. With courage and initiative, leaders change things.
John Gardner:
Pity the leader caught between unloving critics and uncritical lovers.
John Gardner:
Most important, leaders can conceive and articulate goals that lift people out of their petty preoccupations and unite them in pursuit of objectives worthy of their best efforts.
John Naisbitt:
Leadership involves finding a parade and getting in front of it.
John Quincy Adams:
If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become more, you are a leader.
Kenneth Blanchard:
The key to successful leadership today is influence, not authority.
Margaret Chase Smith:
Leadership is not manifested by coercion, even against the resented. Greatness is not manifested by unlimited pragmatism, which places such a high premium on the end justifying any means and any measures.
Margaret J. Wheatley:
When leaders take back power, when they act as heroes and saviors, they end up exhausted, overwhelmed, and deeply stressed.
Mohandas K. Gandhi:
I suppose leadership at one time meant muscles; but today it means getting along with people.
Noam Chomsky:
It is the responsibility of intellectuals to speak the truth and expose lies.
Peter Drucker:
What is the managers job? It is to direct the resources and the efforts of the business toward opportunities for economically significant results. This sounds trite -- and it is. But every analysis of actual allocation of resources and efforts in business that I have ever seen or made showed clearly that the bulk of time, work, attention, and money first goes to problems rather than to opportunities, and, secondly, to areas where even extraordinarily successful performance will have minimal impact on results.
What is the major problem? It is fundamentally the confusion between effectiveness and efficiency that stands between doing the right things and doing things right. There is surely nothing quite so useless as doing with great efficiency what should not be done at all. Yet our tools especially our accounting concepts and detail focus on efficiency. What we need is (1) a way to identify the areas of effectiveness (of possible significant results), and (2) a method for concentrating on them.
Peter Drucker:
The leaders who work most effectively, it seems to me, never say "I." And that's not because they have trained themselves not to say "I." They don't think "I." They think "we"; they think "team." They understand their job to be to make the team function. They accept responsibility and don't sidestep it, but "we" gets the credit. This is what creates trust, what enables you to get the task done.
Peter F. Drucker:
Leaders shouldn't attach moral significance to their ideas: Do that, and you can't compromise.
Peter Senge:
Systems thinking is a discipline for seeing wholes. It is a framework for seeing interrelationships rather than things, for seeing patterns of change rather than static "snapshots." It is a set of general principles -- distilled over the course of the twentieth century, spanning fields as diverse as the physical and social sciences, engineering, and management.... During the last thirty years, these tools have been applied to understand a wide range of corporate, urban, regional, economic, political, ecological, and even psychological systems. And systems thinking is a sensibility -- for the subtle interconnectedness that gives living systems their unique character.
Plato:
A tyrant is always stirring up some war or other, in order that the people may require a leader.
Rachel Maddow:
Humans are ambitious and rational and proud. And we don't fall in line with people who don't respect us and who we don't believe have our best interests at heart. We are willing to follow leaders, but only to the extent that we believe they call on our best, not our worst.
Ralph Nader:
I start with the premise that the function of leadership is to produce more leaders, not more followers.
Robert Coles:
Abraham Lincoln did not go to Gettysburg having commissioned a poll to find out what would sell in Gettysburg. There were no people with percentages for him, cautioning him about this group or that group or what they found in exit polls a year earlier. When will we have the courage of Lincoln?
Robert Greenleaf:
Good leaders must first become good servants.
Robert Louis Stevenson:
Keep your fears to yourself, but share your inspiration with others.
Rosabeth Moss Kantor:
Leaders are more powerful role models when they learn than when they teach.
Rosabeth Moss Kantor:
Leaders are more powerful role models when they learn than when they teach.
Rosalynn Carter:
A leader takes people where they want to go. A great leader takes people where they don't necessarily want to go, but ought to be.
Rosalynn Carter:
A leader takes people where they want to go. A great leader takes people where they don't necessarily want to go but ought to be.
Stephen Covey:
Effective leadership is putting first things first. Effective management is discipline, carrying it out.
Susan B. Anthony:
Cautious, careful people, always casting about to preserve their reputation and social standing, never can bring about a reform. Those who are really in earnest must be willing to be anything or nothing in the world's estimation, and publicly and privately, in season and out, avow their sympathy with despised and persecuted ideas and their advocates, and bear the consequences.
Theodore Hesburgh:
The very essence of leadership is that you have to have a vision.
Thich Nhat Hanh:
You who are journalists, writers, citizens, you have the right and duty to say to those you have elected that they must practice mindfulness, calm and deep listening, and loving speech. This is universal thing, taught by all religions.
Tom Peters:
If you're not confused, you're not paying attention.
Tony Blair:
The art of leadership is saying no, not yes. It is very easy to say yes.
Unknown:
Some leaders are born women.
Vince Lombardi:
Leaders aren't born they are made. And they are made just like anything else, through hard work. And that's the price we'll have to pay to achieve that goal, or any goal.
Walter Lippman:
The final test of a leader is that he leaves behind him in other men the conviction and the will to carry on.
Walter Wink:
South African Archbishop Desmond Tutu walked by a construction site on a temporary sidewalk the width of one person. A white man appeared at the other end, recognized Tutu, and said, "I don't make way for gorillas." At which Tutu stepped aside, made a deep sweeping gesture, and said, "Ah, yes, but I do."
Warren Bennis:
The manager asks how and when; the leader asks what and why.
Warren Bennis:
The manager accepts the status quo; the leader challenges it.
Warren G. Bennis:
The most dangerous leadership myth is that leaders are born -- that there is a genetic factor to leadership. This myth asserts that people simply either have certain charismatic qualities or not. That's nonsense; in fact, the opposite is true. Leaders are made rather than born.
Winston Churchill:
The price of greatness is responsibility.
Sumber: www.wisdomquotes.com/cat_leadership.html
Selengkapnya...
Syarat Pemimpin Andal
Anda bisa jadi pemimpin andal, asal memenuhi syarat berikut :
1. Problem Solver
Seorang pemimpin dituntut mampu membuat keputusan penting dan mencari jalan keluar dari permasalahan. Mulailah bertindak tegas, dan hapulah cara plin-plan. Jangan pula memupuk kebiasaan melarikan diri dari tanggung jawab. Sebagai ‘nakhoda’, andalah yang berkewajiban mengemudikan ‘kapal’ ke arah yang benar.
2. Bersikap Positif
Setiap orang tidak luput dari kesalahan, bila hal ini menimpa anak buah anda jangan langsung mencecarnya dengan segudang omelan. Selidiki latar belakang permasalahan sehingga anda bisa bersikap proporsional. Jika anda melakukan kesalahan, tidak perlu ragu mengakuinya dan meminta maaf kepada orang-orang terkait, dan jangan lupa melakukan perbaikan untuk kesalahan tersebut.
3. Komunikasi
Karyawan sebaik apa pun akan kehilangan arah bila dibiarkan ‘jalan dalam gelap’. Sebagai pemimpin anda perlu menerangkan sejelas mungkin tentang tujuan bersama yang hendak diraih dan strategi mencapainnya. Bekali pula anak buah dengan penilaian terhadap hasil kerjanya selama ini, sehingga mereka bisa belajar cara melakukan tugas dengan benar. Pelihara komunikasi 2 arah dengan bawahan dan mintalah feedback dari mereka setiap kali anda meluncurkan kebijakan baru.
4. Menjadi Inspirasi
Seorang pemimpin harus bisa menerapkan standar dan jadi contoh bagi anak buahnya. Jadilah inspirasi bagi bawahan. Up date benak anda dengan informasi terkini, tidak pelit membagi pengalaman, dan patuhi peraturan yang anda buat sendiri.
5. Tumbuhkan Motivasi
Berikan penghargaan terhadap prestasi sekecil apa punyang dilakukan anak buah. Bahkan karyawan yang paling telat sekalipun akan berusaha memperbaiki diri apabila anda memujinya ketika ia datang tepat waktu (apalagi jika pujian itu diberikan tanpa terkesan menyindir). Secara berkala , ajukan pula pertanyaan dan tantangan yang mampu merangsang kreativitas berpikir anak buah. Misa, meminta ide mereka untuk proyek kecil.
6. Hubungan Baik
Jalin hubungan profesional dan interpersonal yang harmonis dengan anak buah. Ingat, dibalik statusnya sebagai bawahan, karyawan memiliki pribadi yang unik dan masalah tertentu. Luangkan waktu untuk mengenal karyawan secara personal sehingga anda melakukan coaching tepat sasaran.
7. Turun Gunung
Anda tidak boleh merasa bebas dari kewajiban dan melakukan ‘dirty job’ atau pekerjaan anak buah. Seorang pemimpin akan dihargai anak buahnya apabila ia bersedia turun ke lapangan tak asal main perintah. Semakin hebat lagi hormat anak buah bila pekerjaan itu bisa diselesaikan dengan lancar. Itu menunjukkan kualitas anda pada anak buah.
Selengkapnya...
Teori Kepemimpinan
Kreiner menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan Hersey menambahkan bahwa leadership adalah usaha untuk mempengaruhi individual lain atau kelompok. Seorang pemimpin harus memadukan unsur kekuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi perilaku orang lain.
Genetic Theory
Pemimpin adalah dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang tuanya.
Traits theory
Teori ini menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada karakter pemimpinnya. Sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik, dan kemampuan sosial. Karakter yang harus dimiliki seseorang manurut judith R. Gordon mencakup kemampuan istimewa dalam:
- Kemampuan Intelektual
- Kematangan Pribadi
- Pendidikan
- Statuts Sosial Ekonomi
- Human Relation
- Motivasi Intrinsik
- Dorongan untuk maju
Ronggowarsito menyebutkan seorang pemimpin harus memiliki astabrata, yakni delapan sifat unggul yang dikaitkan dengan sifat alam seperti tanah, api, angin, angkasa, bulan, matahari, bintang.
Behavioral Theory
Karena ketyerbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui trait, para peneliti mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti perilaku pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Konsepnya beralih dari siapa yang memiliki memimpin ke bagaimana perilaku seorang untuk memimpin secara efektif.
a. Authoritarian, Democratic & Laissez Faire
Penelitian ini dilakukan oleh Lewin, White & Lippit pada tahun 1930 an. Mereka mengemukakan 3 tipe perilaku pemimpin, yaitu authoritarian yang menerapkan kepemimpinan otoriter, democratic yang mengikut sertakan bawahannya dan Laissez - Faire yang menyerahkan kekuasaannya pada bawahannya.
b. Continuum of Leadership behavior.
Robert Tannenbaum dan Warren H Schmidt memperkenalkan continnum of leadership yang menjelaskan pembagian kekuasaan pemimpin dan bawahannya. Continuum membagi 7 daerah mulai dari otoriter sd laissez - faire dengan titik dengan demokratis.
c. Teori Employee Oriented and Task Oriented Leadership - Leadership style matrix.
Konsep ini membahas dua orientasi kepemimpinan yaitu
- Kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan dimana perilaku pemimpinnya dalam penyelesaiannya tugasnya memberikan tugas, mengatur pelaksanaan, mengawasi dan mengevaluasi kinerja bawahan sebagai hasil pelaksanaan tugas.
- Kepemimpinan yang berorientasi pada pegawai akan ditandai dengan perilaku pemimpinnya yang memandang penting hubungan baik dan manusiawi dengan bawahannya.
Pembahasan model ini dikembangkan oleh ahli psikologi industri dari Ohio State University dan Universitas of Michigan. Kelompok Ohio mengungkapkan dua dimensi kepemimpinan, yaitu initiating structure yang berorientasi pada tugas dan consideration yang berorientasi pada manusia. Sedangkan kelompok Michigan memakai istilah job-centered dan employee-centered.
d. The Managerial Grid
Teori ini diperkenalkan oleh Robert R.Blake dan Jane Srygley Mouton dengan melakukan adaptasi dan pengembangan data penelitian kelompok Ohio dan Michigan.
Blake & Mouton mengembangkan matriks yang memfokuskan pada penggambaran lima gaya kepemimpinan sesuai denan lokasinya.
Dari teori-teori diatas dapatlah disimpulkan bahwa behavioral theory memiliki karakteristik antara lain:
- Kepemimpinan memiliki paling tidak dua dimensi yang lebih kompleks dibanding teori pendahulunya yaitu genetik dan trait.
- Gaya kepemimpinan lebih fleksibel; pemimpin dapat mengganti atau memodifikasi orientasi tugas atau pada manusianya sesuai kebutuhan.
- Gaya kepemimpinan tidak gifted tetapi dapat dipelajari
- Tidak ada satupun gaya yang paling benar, efektivitas kepemimpinan tergantung pada kebutuhan dan situasi
Situational Leadership
Pengembangan teori ini merupakan penyempurnaan dari kelemahan-kelemahan teori yang ada sebelumnya. Dasarnya adalah teori contingensi dimana pemimpin efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya kepemimpinan yang efektif dan menerapkan secara tepat.
Empat dimensi situasi secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap kepemimpinan seseorang.
- Kemampuan manajerial : kemampuan ini meliputi kemampuan sosial, pengalaman, motivasi dan penelitian terhadap reward yang disediakan oleh perusahaan.
- Karakteristik pekerjaan : tugas yang penuh tantangan akan membuat seseorang lebih bersemangat, tingkat kerjasama kelompok berpengaruh efektivitas pemimpinnya.
- Karakteristik organisasi : budaya organisasi, kebijakan, birokrasi merupakan faktor yang berpengaruh pada efektivitas pemimpinnya.
- Karakteristik pekerja : kepribadian, kebutuhan, ketrampilan, pengalaman bawahan akan berpengaruh pada gaya memimpinnya.
a. Fiedler Contingency model
Model ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif tergantung pada situasi yang dihadapi dan perubahan gaya bukan merupakan suatu hal yang sulit.
Fiedler memperkenalkan tiga variabel yaitu:
- task structure : keadaan tugas yang dihadapi apakah structured task atau unstructured task
- leader-member relationship : hubungan antara pimpinan dengan bawahan, apakah kuat (saling percaya, saling menghargai) atau lemah.
- Position power : ukuran aktual seorang pemimpin, ada beberapa power yaitu:
-> legitimate power : adanya kekuatan legal pemimpin
-> reward power : kekuatan yang berasal imbalan yang diberikan pimpinan
-> coercive power : kekuatan pemimpin dalam memberikan ancaman
-> expert power : kekuatan yang muncul karena keahlian pemimpinnya
-> referent power : kekuatan yang muncul karena bawahan menyukai pemimpinnya
-> information power : pemimpin mempunyai informasi yang lebih dari bawahannya.
b. Model kepemimpinan situasional 'Life Cycle'
Harsey & Blanchard mengembangkan model kepemimpinan situasional efektif dengan memadukan tingkat kematangan anak buah dengan pola perilaku yang dimiliki pimpinannya.
Ada 4 tingkat kematangan bawahan, yaitu:
- M 1 : bawahan tidak mampu dan tidak mau atau tidak ada keyakinan
- M 2 : bawahan tidak mampu tetapi memiliki kemauan dan keyakinan bahwa ia bisa
- M 3 : bawahan mampu tetapi tidak mempunyai kemauan dan tidak yakin
- M 4 : bawahan mampu dan memiliki kemauan dan keyakinan untuk menyelesaikan tugas.
Ada 4 gaya yang efektif untuk diterapkan yaitu:
- Gaya 1 : telling, pemimpin memberi instruksi dan mengawasi pelaksanaan tugas dan kinerja anak buahnya.
- Gaya 2 : selling, pemimpin menjelaskan keputusannya dan membuka kesempatan untuk bertanya bila kurang jelas.
- Gaya 3 : participating, pemimpin memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide sebagai dasar pengambilan keputusan.
- Gaya 4 : delegating, pemimpin melimpahkan keputusan dan pelaksanaan tugas kepada bawahannya.
Transformational Leadership
Robert house menyampaikan teorinya bahwa kepemimpinan yang efektif menggunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan moralitas tinggi untuk meningkatkan karismatiknya. Dengan kharismanya pemimpin transformational akan menantang bawahannya untuk melahirkan karya istimewa.
Langkah yang dilaksanakan pemimpin ini biasanya membicarakan dengan pengikutnya bagaimana pentingnya kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya mereka sebagai anggota kelompok, bagaimana istimewanya kelompok yang akan menghasilkan karya luar biasa.
Beberapa contoh pemimpin transformational Lee Lacoca, Jack Welch.
Selengkapnya...
The Obsidian Model
What is leadership?
There have been many attempts to define leadership but it basically comes down to prompting or inspiring others into willing action to achieve a specific purpose.
“Leadership is the ability to get others to do what they don’t want to do, and like it”.
Harry S Truman
Leadership: the obsidian model
Throughout history there have been people who have demonstrated the ability to lead others. Sometimes they are appointed like political, military and sporting leaders and sometimes they emerge to meet some crisis or other situation. The Obsidian model of leadership looks at the constituent parts of leadership and also at the different leadership styles that are adopted by leaders.
This is not to deny that some leaders have shown particular talents, skills or personal characteristics that have influenced the way they went about things, but this model looks at the basic characteristics of leadership.
The Obsidian model of leadership looks at the constituent parts of leadership and also at the different leadership styles that are adopted by leaders.
Obsidian consultants have a wealth of practical experience in leadership and are skilled at helping individuals to develop an approach to leadership that is the most effective for them.
The Obsidian Model
Purpose
Obsidian works with organisational leaders to identify:
* the key aims and objectives of the organisation
* a vision of what has to be achieved
* a plan to achieve it
* how to bring people ‘on board’ to achieve it
Performance
“Effective leadership is not about making speeches or being liked: leadership is defined by results not attributes” Peter F Drucker.
Obsidian helps with:
* the development of strategy to achieve what needs to be done
* the impact of culture on the performance of the organisation
* the effectiveness of change projects
People
Obsidian specialise in two areas concerning the leadership of people:
* the effective engagement, motivation and commitment of people
* development of the capability of people both individually and in teams
Personality
Leadership behaviours are influenced by three different aspects of personality:
* the inherent traits of the individual
* the styles that they choose to adopt
* the situations they face and what is required to deal with these
Obsidian develop the awareness and understanding of different personality types through various means including personality profiling, 360o appraisals and individual coaching.
Sumber: http://www.obsidian.co.uk/leadership.php
Selengkapnya...
Tanda-Tanda Kedewasaan Seorang Pemimpin
Oleh Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi.
Istilah adult berasal dari bahasa latin yang diambil dari kata adultus berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa (Hurlock, 1992). Oleh karena itu seorang yang disebut dewasa adalah individu yang telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat. Sedangkan kedewasaan atau kematangan adalah suatu keadaan bergerak maju ke arah kesempurnaan. Kedewasaan bukanlah suatu keadaan yang statis, tetapi merupakan suatu keadaan menjadi.... (a state of becoming).
Meski tidak ada seorangpun yang sanggup untuk bertindak dan bereaksi terhadap semua situasi dan semua aspek-aspek kehidupan, dengan kedewasaan yang penuh. Tapi bagaimanapun juga, dalam dunia kerja seorang pimpinan akan dituntut untuk menangani permasalahan-permasalahan secara lebih dewasa. Oleh karena itu, ia setidaknya harus memiliki beberapa ciri yang menunjukkan kedewasaan tersebut. Kesuksesan dan kegagalan seseorang untuk memimpin dan mengarahkan bawahannya akan sangat tergantung pada kedewasaan sikap dan tindakan yang akan diambilnya. Bagaimana bentuk kedewasaan yang dituntut untuk dimiliki tersebut? Dibawah ini akan diungkapkan beberapa kualitas yang seharusnya dimiliki seorang pimpinan agar ia dianggap dapat bersikap dewasa. Setiap kualitas yang satu menjadi kewajiban untuk mencapai kualitas yang lainnya, dan menjadi bagian dari diri sang pemimpin dalam menunaikan tugas sebagai seorang yang dianggap sudah dewasa penuh.
Adapun ciri-ciri kedewasaan yang harus dimiliki oleh sorang pemimpin adalah sebagai berikut:
Menghargai Orang Lain
Seorang pimpinan yang baik harus bekerja bersama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa ia harus bekerja dengan kekuatan- kekuatan, kelemahan-kelemahan, kesanggupan, dan kekurangan-kekurangan dari orang lain itu. Jika dia dewasa, dia akan menghargai perbedaan yang ada tersebut dan tidak akan mencoba untuk membentuk orang lain agar sesuai dengan keinginannya sendiri dan tidak memperalat bawahan untuk kepentingannya sendiri. Ia sanggup untuk menerima kenyataan yang ada, bahwa setiap orang memiliki andil terhadap hasil akhir suatu pekerjaan yang dikerjakan secara bersama-sama (teamwork).
Hal ini bukan berarti bahwa seorang pemimpin yang dewasa mempunyai hati yang lemah. Ia menerima orang lain, bukan berarti memanjakan mereka untuk selamanya termasuk jika kekurangan mereka (bawahan) akan mengganggu dan mempengaruhi tujuan secara keseluruhan. Seorang pimpinan yang dewasa harus mampu memberhentikan atau memecat seseorang yang tidak lagi memberikan sumbangan terhadap kemajuan atau kebaikan organisasi. Hal ini penting sebab merupakan suatu ketidakadilan bagi perusahaan dan orang lain jika orang yang tidak lagi mampu memberikan kontribusi masih tetap dipertahankan.
Sabar
Pemimpin yang dewasa dapat belajar menerima kenyataan bahwa untuk beberapa permasalahan memang tidak ada penyelesaian atau pemecahan yang mudah. Ia tidak akan dengan mudah menerima pemecahan masalah pertama yang disarankan. Ia akan menghargai fakta dan akan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi sebelum memberi saran pemecahan. Bukan saja ia bersedia sabar, tetapi ia tahu benar perlunya beberapa alternatif untuk mengambil suatu keputusan dalam pemecahan masalah.
Penuh Daya Tahan
Semua mahluk hidup pasti pernah mengalami sakit, kesulitan dan kekecewaan. Begitupun dengan seorang pemimpin tidak akan pernah luput dari permasalahan seperti itu. Biarpun demikian seorang pemimpin yang dewasa akan bangkit lagi dan sehat lagi setelah diterpa kemalangan yang bertubi-tubi dengan harapan dan daya tahan yang dimilikinya. Ia akan berusaha jujur dan tidak akan berpura-pura semua keadaan baik-baik saja. Ia menerima kenyataan bahwa rasa sakit harus dipikul, kesalahan-kesalahan diperbaiki dan ia tidak akan membuang waktu untuk menyesali dan meratapi kesalahan yang sudah berlalu. Kegagalan akan meremukan dan menghancurkan orang yang lemah, sedangkan seorang dengan kepribadian dewasa akan mengambilnya sebagai pelajaran dari pengalaman yang sangat berharga.
Sanggup Mengambil Keputusan
Orang yang dewasa, disamping kesabaran dan ketabahannya untuk mencari pemecahan masalah, juga harus mampu untuk mengambil suatu keputusan, walaupun hanya menggunakan data atau informasi yang sangat minim, kurang lengkap atau masih kabur. Setelah menimbang fakta yang ada, ia akan segera menyadari bahwa dalam suatu waktu suatu tidakan harus segera diambil. Dengan menyadarkan dirinya terhadap keyakinan dirinya dan terhadap orang-orang disekitarnya ia harus sanggup untuk mengambil dan memikul resiko yang sudah diperhitungkan olehnya.
Peter Drucker pernah menyatakan bahwa masa depan tidak pernah ada kepastian, tetapi hanya ada kemungkinan-kemungkinan. Seorang pemimpin yang dewasa harus belajar menerima hal ini. Ia harus mampu untuk membuat keputusan-keputusan berdasarkan perkiraan-perkiraan atau kemungkinan-kemungkinan terbaik yang dapat diperoleh, sebab ia tahu jika menunggu untuk memperoleh kepastian yang menyeluruh maka keputusan yang diambil mungkin sudah terlambat.
Menyenangi Pekerjaan
Seseorang yang memiliki emosi yang sehat atau memiliki kepribadian dewasa akan mengetahui bagaimana menikmati pekerjaannya. Apapun jenis pekerjaannya seseorang yang dianggap dewasa akan jarang bermalas-malasan. Ia mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam melakukan tugas dengan baik dan ia merasa bangga melaksanakan tugas tersebut. Para pemimpin yang dewasa akan memperoleh kepuasan dalam menangani suatu pekerjaan dan tidak menggagap pekerjaan sebagai beban hidup.
Bagi seorang yang berkepribadian dewasa pekerjaan sangat perlu untuk kelangsungan hidupnya sebagai seorang individu. Pekerjaan merupakan jalan bagi dirinya untuk mengungkapkan dirinya (aktualisasi diri). Dengan bekerja dirinya akan merasa terjamin untuk tidak berkubang dengan kecemasan-kecemasan dan permasalahan-permasalahan dirinya sendiri.
Menerima Tanggung Jawab
Orang yang tidak dewasa akan mengeluh dan menyesal tentang kegagalan yang mereka alami. Mereka akan merasa bahwa kegagalan yang mereka alami merupakan kesalahan orang lain dan nasib baik sedang menjauhi mereka. Untuk menghindari kegagalan, mereka cenderung untuk tidak menerima tanggung jawab. Sebaliknya bagi mereka yang berkepribadian dewasa segala kesuksesan dan kegagalan merupakan tanggungjawab diri sendiri. Mereka menyadari bahwa setiap orang memerlukan ketabahan dan kekuatan serta tempat berlindung pada saat-saat sulit, dan yang bertanggung jawab untuk menangani hal tersebut adalah diri sendiri
Percaya pada orang lain/kekuatan lain seperti dukun, pimpinan, nasib baik, dll, untuk memecahkan masalah merupakan suatu tanda ketidakdewasaan. Kepercayaan terhadap kekuatan diri sendiri dan berani menerima tanggung jawab dalam kehidupan sangat penting untuk menimbulkan rasa aman dan kebahagiaan.
Percaya Pada Diri Sendiri
Seorang pimpinan yang dewasa akan menyambut baik partisipasi orang lain, walaupun menyangkut pengambilan keputusan yang sulit. Hal tersebut terjadi karena mereka sangat yakin dan percaya terhadap kemampuan mereka sendiri sehingga tidak ada rasa takut untuk berkompetisi. Mereka akan mudah melihat dan mengenal bahwa orang lain yang memiliki ide-ide dan fikiran yang berharga. Bagi mereka kekuatan orang lain hanya akan menjadi ancaman bagi orang yang tidak merasa aman, dan yang tidak ada kepercayaan terhadap dirinya sendiri.
Seorang pimpinan yang dewasa akan memperoleh kepuasan berdasarkan prestasi yang dilakukan oleh bawahannya. Ia akan merasa bangga dalam keyakinan dan kesadaran bahwa bawahannya adalah tanggung jawabnya. Sebaliknya bagi seorang pimpinan yang tidak dewasa akan merasa sebagai suatu hal yang pahit dan menyakitkan apabila diberikan situasi yang serupa.
Memiliki Rasa Humor
Tertawa adalah sehat. Orang yang dewasa atau matang setuju dengan ucapan itu. Namun demikian orang yang dewasa tidak akan membuat orang tertawa dengan cara merugikan atau melukai perasaan orang lain. Mereka juga tidak akan tertawa jika orang lain dalam keadaan susah atau terluka perasaannya.
Orang yang sehat emosinya akan selalu mengingat bahwa humor itu harus baik sifatnya dan menyebarkan kebahagiaan bagi yang mendengarkannya. Orang yang dewasa akan menggunakan humor bukan sebagai alat pemukul atau menjatuhkan orang lain, tetapi sebagai alat untuk melicinkan suasana dan mengendorkan ketegangan.
Memiliki Kepribadian yang Utuh
Orang yang dewasa, bukanlah orang yang membuang-buang dan menyia-nyiakan energinya dengan memakai dan menggerakkan seluruh energinya ke berbagai arah yang tidak menentu, bahkan sering bertentangan arah. Pada umumnya mereka adalah orang yang teratur dan sudah terorganisir serta dapat menangani problemnya dengan efektif. Mereka bukan orang yang mudah beralih perhatian atau menyimpang dari rencana oleh karena keinginan-keinginan yang muncul dengan tiba-tiba, tetapi mereka dapat dengan mudah beralih dari kegiatan yang satu ke kegiatan yang lain tanpa kebingunagan dan kekacauan.
Seimbang
Seorang pemimpin yang dewasa akan hidup dalam suatu kehidupan yang seimbang. Ia merasa bangga menjadi bagian dari perusahaan dan tahu persis posisi dan peranannya di dalam perusahaan. Ia pintar menempatkan diri sehingga tidak menyulitkan dirinya dan perusahaan. Ia sanggup untuk bekerja keras dan selalu siap mengatasi tekanan yang diterimanya serta dapat menikmati masa senggangnya dengan baik.
Menerima Diri Sendiri
Para pemimpin yang efektif mempunyai pandangan dan penilaian yang baik terhadap kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Pada kenyataannya hal ini sangat menentukan kesuksesan seorang pemimpin. Namun hanya pemimpin yang memiliki kedewasaan yang dapat memilih dan mengumpulkan pembantu-pembantu dan orang-orang dekatnya untuk saling menutupi kekurangan dan kelemahan. Karena ia dapat melihat dan menilai diri sendiri dengan baik secara objektif dan realistis, maka ia akan sanggup untuk menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif. Ia juga akan terbebas dari rasa frustrasi yang mungkin timbul karena kegagalan mencapai suatu hal yang diluar kemampuan dirinya.
Memiliki Prinsip yang Kuat
Banyak pemimpin yang sungguh-sungguh melihat perusahaan sebagai suatu mahluk hidup yang harus dijaga dan dipelihara. Mereka memandang dirinya sebagai pengawal bagi keselamatan dan kebaikan perusahaan. Mereka menganggap dirinya berperan sebagai pengasuh dan pelindung perusahaan yang kemudian meneruskan dan menyerahkan pengawalan dan fungsi mengasuh tersebut kepada penerusnya.
Hal tersebut pula yang menjelaskan mengapa pemimpin tidak akan segan-segan untuk bersikap keras dan tegas dalam menghadapi orang lain bila menyangkut keselamatan dan kelangsungan hidup perusahaan. Mereka memegang teguh prinsip-prinsip yang telah ditanamkan dalam perusahaan dan tidak akan kenal kata menyerah jika dihadapkan paa soal hidup matinya perusahaan.
Selengkapnya...
Persyaratan Seorang Pemimpin
Mata Kuliah Kepemimpinan
Jurusan Ilmu Administrasi
FISIPUH
Tentang "Persyaratan Seorang Pemimpin"
Anggota Kelompok III
ASMAR RIYANDY (E 211 07 067)
DARWIS (E 211 07 069)
LA ODE M. AYNUL IKHSAN (E 211 07 071)
DIAN FURQANI (E 211 07 073)
PENDAHULUAN
Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen, bahkan dapat dinyatakan, kepemimpinan adalah inti dari managemen.
Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin atau memiliki ‘kepemimpinan’, sebaliknya banyak orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya. Sedang pengertian ‘kepala’ menunjukan segi formal dari jabatan pemimpin saja, maksudnya secara yuridis-formal setiap orang dapat saja diangkat mengepalai sesuatu usaha atau bagian (berdasarkan surat keputusan atau surat pengangkatan), walaupun belum tentu orang yang bersangkutan mampu menggerakan mempengaruhi dan membimbing bawahannya serta (memimpin) memiliki kemampuan melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan.
PERSYARATAN PEMIMPIN
Karena seorang pemimpin bertugas menggerakan orang-orang yang dipimpinnya, maka sudah barang tentu ia harus memiliki sifat-sifat yang lebih dari orang-orang yang dipimpinnya. Banyaknya sifat-sifat ideal yang dituntut bagi seorang pemimpin berbeda-beda menurut bidang kegiatan, jenis atau tipe kepemimpinan, tingkatan dan bahkan juga latar belakang budaya dan kebangsaan. Untuk memperoleh perbandingan yang luas berikut ini akan diuraikan sifat-sifat atau syarat-syarat kepemimpinan yang diajukan oleh beberapa ahli, pemuka masyarakat, dan bahkan berdasarkan tradisi masyarakat tertentu.
Menurut Dr. Roeslan Abdulgani seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam 3 hal dari orang-orang yang dipimpinnya :
- Kelebihan dalam bidang ratio.
Artinya seseorang pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang tujuan dan asas organisasi yang dipimpinnya. Memiliki pengetahuan tentang cara-cara untuk menjalankan organisasi secara efisien. Dan dapat memberikan keyakinan kepada orang-orang yang dipimpin ke arah berhasilnya tujuan.
- Kelebihan dalam bidang rohaniah.
Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang memancarkan keluhuran budi, ketinggian moral, dan kesederhanaan watak.
-Kelebihan dalam bidang lahiriah/jasmaniah.
Artinya dengan kelebihan ketahanan jasmaniah ini seorang pemimpin akan mampu memberikan contoh semangat dan prestasi kerja sehari-hari yang baik kepada orang-orang yang dipimpin.
Terry menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang baik, yaitu memiliki:
1. Kekuatan atau energi
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu bekerja keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
2. Penguasaan emosional
Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak mudah marah dan putus asa.
3. Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan
Seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi dengan bawahannya dan orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan yang dihadapinya.
4. Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan semangat, gairah, dan ketekunan dalam bekerja.
5. Kecakapan berkomunikasi: kemampuan menyampaikan ide, pendapat serta keinginan dengan baik kepada orang lain, serta dapat dengan mudah mengambil intisari pembicaraan.
6. Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu mengajar dan memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk, menerangkan yang belum dengan gambaran jelas serta memperbaiki yang salah.
7. Kecakapan bergaul: dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui pergaulan agar dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan. Sebaiknya bawahan juga bersedia bekerja dengan senang hati dan sukarela untuk mencapai tujuan.
8. Kemampuan teknis kepemimpinan: mengetahui azas dan tujuan organisasi. Mampu merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan, mengawasi, dan lain-lain untuk tercapainya tujuan. Seorang pemimpin harus menguasai baik kemampuan managerial maupun kemampuan teknis dalam bidang usaha yang dipimpinnya.
Dalam amanatnya mengenai masalah kepemimpinan berdasarkan falsafah Panca Sila, Jenderal Soeharto menyimpulkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu kesadaran beragama dan beriman teguh
2. Hing ngarsa sung tulada, yaitu memberi suri-tauladan yang baik di hadapan anak buah.
3. Hing madya mangun karsa, yaitu bergiat dan menggugah semangat di tengah-tengah masyarakat (anak buah).
4. Tut Wuri handayani, yaitu memberi pengaruh baik dan mendorong dari belakang kepada anak buah.
5. Waspada purba wisesa, yaitu mengawasi dan berani mengoreksi anak buah.
6. Ambeg parama arta, yaitu memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7. Prasaja, yaitu bertingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan
8. Satya, yaitu sikap loyal timbal balik dari atasan terhadap bawahan, dari bawahan terhadap atasan dan juga ke samping.
9. Hemat, yaitu kesadaran dan kemampuan membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu untuk keperluan yang benar-benar penting.
10. Sifat terbuka, yaitu kemauan, kerelaan, keikhlasan, dan keberanian untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya.
11. Penerusan, yaitu kemauan, kerelaan, dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tugas dan tanggung jawab serta kedudukan kepada generasi muda guna diteruskannya.
Dari dunia pewayangan dan pustaka lama pun, seringkali dapat kita pelajari sifat-sifat yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Misalnya seperti yang diajarkan oleh Resi Abiyasa kepada ksatriya Arjuna dalam kisah-kisah Mahabarata: Heneng, Hening, Heling, dan Hawas:
- Heneng artinya tenang
Seorang pemimpin harus memiliki sifat tenang dalam menghadapi segala persoalan. Jika mudah gelisah maka anak buah pun akan menjadi gelisah. Dengan ketenangan segala persoalan akan lebih mudah dihadapai.
- Hening artinya cipta
Seorang pemimpin harus memiliki ide, prakarsa, dan kreatif.
- Heling artinya ingat atau sadar
Seorang pemimpin harus selalu ingat kepada orang-orang yang dipimpinnya atau kepada rakyat.
-Hawas artinya waspada
Seorang pemimpin harus selalu waspada terhadap segala sesuatu yang mungkin terjadi.
Selanjutnya berikut ini 8 sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sebagaimana diajarkan oleh Sri Rama kepada Wibisana ketika hendak menjadi raja di Alengka menggantikan Rahwana kakaknya. Dalam dunia pewayangan ke-8 sikap atau laku ini disebut dengan ‘Hasta Brata’, meliputi :
- Surya Brata
Surya artinya matahari. Maksudnya seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti matahari yang dapat memberikan penerangan kepada dunia. Pemimpin harus mampu memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan organisasi. Cakap berkomunikasi dan mengajar bawahan untuk menjelaskan segala yang belum dimengerti.
- Bayu Brata
Bayu artinya angin, yang memberikan kesejukan kepada siapapun saat udara panas. Seorang pemimpin harus mengetahui dan memahami perasaan dan kehendak serta pikiran anak buah, bersikap ramah tamah dan memiliki budi yang tinggi, sehingga dapat memberikan kesejukan kepada segenap bawahannya.
- Indra Brata
Indra artinya hujan, yang memberikan kesuburan. Maksudnya seorang pemimpin harus dapat mengusahakan dan menjamin kesejahteraan lahir dan batin orang-orang yang dipimpinnya.
- Dhana Brata
Dhana artinya harta atau kekayaan. Seorang pemimpin harus dapat menggunakan harta kekayaan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama dan bukan hanya untuk kepentingan sendiri. Sebaliknya pemimpin bahkan harus memberikan contoh sikap hidup dan cara hidup yang sederhana.
- Sasi Brata
Sasi artinya bulan, yang dapat membuat senang siapa saja yang menatapnya. Seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang membuat dirinya disenangi oleh orang-orang yang dipimpinnya. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara pemimpin menyenangi dan menghargai bawahannya (anak buah)
- Yama Brata
Yama artinya jiwa. Pemimpin harus tegas dalam menegakan keadilan seperti halnya Dewa Yama yang tanpa ragu-ragu dan tanpa pandang bulu mencabut jiwa (jika perlu) mereka yang salah. Siapa yang salah wajib dikenai hukuman yang setimpal dengan menegakan keadilan.
- Pasa Brata
Pasa adalah senjata dewa Baruna yang tak pernah meleset mengenai sasarannya. Maksudnya dalam mengambil keputusan seorang pemimpin harus berdasarkan pertimbangan dengan melihat fakta-fakta, bijaksana, sehingga tepat mengenai sasarannya.
- Agni Brata
Agni artinya api, artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti api yang memberikan kehangatan kepada anak buah, membangkitkan semangat bekerja yang berapi-api.
BEKAL MINIMAL SEORANG PEMIMPIN
Menjadi seorang pemimipin itu tidak mudah. Kalau untuk menjadi pemimpin yang asal-asalan memang tidak dituntut syarat tertentu/minimal. Seorang pemimpin semestinya memiliki bekal-bekal minimal sebagai berikut:
a. Memiliki Kharisma
Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Tidak semudah yang dibayangkan orang. Ia harus siap secara intelektual dan moral. Karena ia akan menjadi figur yang diharapkan banyak orang / bawahan. Perilakunya harus menjadi teladan / patut diteladani. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan diatas kemampuan rata-rata bawahannya. Singkatnya: seorang pemimipin harus mempunyai karisma. Karakteristik pemimpin yang punya karisma adalah:
1. Perilakunya terpuji
2. Jujur dan dapat dipercaya
3. Memegang komitmen
4. Konsisten dengan ucapan
5. Memiliki moral agama yang cukup.
b. Memiliki Keberanian
Tidak lucu bila seorang pemimpin tidak memiliki keberanian. Minimal keberanian berbicara, mengemukakan pendapat, beradu argumentasi dan berani membela kebenaran. Secara lebih khusus keberanian itu ditunjukkan dalam komitmen berani membela yang benar, memegang tegug pada pendirian yang benar, tidak takut gagal, berani ambil resiko, dan berani bertanggungjawab.
c. Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain
Salah satu ciri bahwa seseorang memiliki jiwa kepemimpinan adalah kemampuannya mempengaruhi seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kemampuannya berkomunikasi, ia dapat mempengaruhi orang lain. Adapun cara-cara untuk mempengaruhi orang lain antara lain:
1. Membuat orang lain merasa penting
2. Membantu kesulitan orang lain
3. Mengemukakan wawasan dengan cara pandang yang positif
4. Tidak merendahkan orang lain
5. Memiliki kelebihan atau keahlian.
d. Mampu Membuat Strategi
Seorang pemimpin semestinya identik dengan seorang ahli strategi. Maju-mundurnya perusahaan, gagal-berhasilnya suatu organisasi, banyak ditentukan oleh strategi yang dirancang oleh pimpinan perusahaan atau pimpinan organisasi. Adapun kriteria seorang pemimpin yang mampu menyusun strategi:
1. Menguasai medan
2. Memiliki wawasan luas
3. Berpikir cerdas
4. Kreatif dan inovatif
5. Mampu melihat masalah secara komprehensif
6. Mampu menyusun skala prioritas
7. Mampu memprediksi masa depan.
e. Memiliki Moral yang Tinggi
Banyak orang berpendapat bahwa moralitas merupakan ukuran berkualitas atau tidaknya hidup seseorang. Apalagi seorang pemimpin yang akan menjadi panutan. Seorang pemimpin adalah seorang panutan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Tanda-tanda seorang pemimpin yang bermoral tinggi:
1. Tidak menyakiti orang lain
2. Menghargai siapa saja
3. Bersikap santun
3. Tidak suka konflik
4. Tidak gegabah
5. Tidak mau memiliki yang bukan haknya
6. Perkataannya terkendali dan penuh perhitungan
7. Perilakunya mampu dijadikan contoh.
f. Mampu menjadi Mediator
Seorang pemimpin yang bijak mampu bertindak adil dan berpikir obyektif. Dua hal tersebut akan menunjang tugas pimpinan untuk menjadi seorang mediator. Syarat seorang mediator meliputi beberapa kriteria:
1. Berpikir positif
2. Setiap ada masalah selalu berada di tengah
3. Memiliki kemampuan melobi
4. Mampu mendudukkan masalah secara proporsional
5. Mampu membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
g. Mampu menjadi Motivator
Hubungan seorang pemimpin dengan motivasi yaitu seorang pemimpin adalah sekaligus seorang motivator. Demikianlah memang seharusnya. Pimpinan adalah titik sentral dan titik awal sebuah langkah akan dimulai. Motivasi akan lahir jika pimpinan menyadari fungsinya sebagai motivator. Tanda-tanda seorang pemimpin menyadari fungsinya sebagai motivator:
1. Memiliki kepedulian kepada orang lain
2. Mampu menjadi pendengar yang baik
3. Mengajak kepada kebaikan
4. Mampu meyakinkan oranglain
5. Berusaha mengerti keinginan orang lain.
h. Memiliki Rasa Humor
Akan lebih mudah seorang pemimpin melaksanakan tugas kepemimpinannya - jika didukang sifat humoris pimpinan - memiliki humor yang tinggi. Kata orang humor lebih penting dari kenaikan gaji. Termasuk kategori pemimpin yang memiliki rasa humor adalah sebagai berikut:
1. Murah senyum
2. Mampu memecahkan kebekuan suasana
3. Mampu menciptakan kalimat yang menyegarkan
4. Kaya akan cerita dan kisah-kisah lucu
5. Mampu menempatkan humor pada situasi yang tepat.
Dari bandingan-bandingan yang diberikan di atas, tampak betapa tinggi sifat-sifat atau syarat-syarat yang dituntut bagi seorang pemimpin. Di dalam kenyataan memang tidak mudah bagi seorang pemimpin untuk memenuhi sifat-sifat tersebut secara sempurna. Selengkapnya...